ilmu itu penting untuk masa depan

Sabtu, 23 Juni 2012

SEPUTAR SHALAT IDUL FITRI



1. Apa dasar pensyariatan  Hari Raya ?
Dasarnya  adalah  hadits Nabi SAW, diantaranya :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ ِلأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Dari Anas bin Malik berkata bahwa orang-orang Jahiliyah mempunyai dua hari raya dalam setahun, mereka merayakannya dengan bersukaria. Ketika Rasulullah datang di Madinah beliau bersabda : “Kalian mempunyai dua hari raya yang kalian bersenang-senang di dalamnya, sungguh Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik yaitu Hari Raya Fitri dan Hari Raya Adha.(HR. Abu Dawud).
2. Apa dasar pensyariatan Sholat Hari Raya ?
Dasarnya hadits Ibnu Abbas  :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ صَلاَةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ
Hadits dari Ibnu Abbas berkata : “Aku melaksanakan shalat Idul Fitri bersama Nabi Allah SWT, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah… (HR. Muslim).
3. Apakah disunnahkan mandi sebelum berangkat ke tempat sholat ?
Ya, hal ini berdasarkan pada Hadits Nabi SAW:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ اْلأَضْحَى
Dari Ibnu Abbas berkata bahwasanya Rasulullah SAW mandi pada hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.(HR. Ibnu Majah).
4. Apakah kita disunnahkan sarapan sebelum berangkat ke tempat sholat ?
Ya, berdasarkan hadits :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ
Riwayat Bukhari dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah belum pergi pada hari raya Idul Fitri sehingga beliau makan beberapa kurma.(HR. Bukhori).
5. Apa yang disyariatkan ketika pergi ke tempat sholat  ‘Id ?
Disyariatkan bertakbiran. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW.
عَنْ نَافِع عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّهُ كَانَ « إِذَا غَدَا إِلَى اْلمُصَلَّى يَوْمَ اْلعِيْدِ كَبَّرَ فَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ »
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya ia ketika pergi pada pagi hari ke tempat shalat  pada hari Ied ia bertakbir dan menyaringkan suaranya. (HR. Muslim).
6. Bagaimana lafadz-lafadz takbiran ?
Lafadz takbiran sebagaimana hadits berikut :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ يُقْبِلُ عَلَى أَصْحَابِهِ فَيَقُولُ « عَلَى مَكَانِكُمْ ». وَيَقُولُ « اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ ». فَيُكَبِّرُ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ. رواه الدارقطني
Dari Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah ketika melaksanakan shalat Shubuh pada pagi hari Arafah beliau menghadap ke arah para sahabatnya seraya berkata :”Tetaplah di tempat kalian.” Kemudian beliau mengucapkan : “Allahu akbar, Allahu Akbar Laa ilaaha illalloohu walloohu akbar Allohu akbar wa lillaahil hamd” Maka mereka bertakbir dari pagi hari Arofah sampai selesai shalat ‘Asar pada hari teakhir hari Tasyriq.
7. Bagaimana kita berangkat ke tempat sholat ‘Id ?
  1. a. Berangkat dan pulang melalui  jalan yang berbeda. Hadits Abu Hurairoh :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا خَرَجَ إِلَى الْعِيدِ رَجَعَ فِى غَيْرِ الطَّرِيقِ الَّذِى أَخَذَ فِيهِ.
Hadits Abu Hurairah yang mengatakan : Apabila Rasulullah pergi shalat hari Raya beliau pulang tidak melalui jalan semula (HR. Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi). Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir.
b. Pergi ke tempat sholat berjalan kaki.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Bahwasanya Rasulullah SAW pergi dan pulang pada saat shalat ‘Id dengan berjalan kaki.(HR. Ibnu Majah).
c. Mengenakan pakaian yang paling bagus.
أَخْبَرَنِى جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ : أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَلْبَسُ بُرْدَ حِبَرَةٍ فِى كُلِّ عَيْدٍ.
Riwayat Syafi’i dari Ja’far bin Muhammad dari Abdullah dari neneknya bahwa Rasulullah SAW mengenakan pakaian bercorak pada tiap hari ‘Id.(HR. al-Baihaqi).
8. Di mana tempat untuk pelaksanaan sholat ?
Di lapangan atau tempat yang terbuka, sebagaimana hadits Nabi SAW :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى
Dari Abu Sa’id al-Khudriy berkata bahwa Rasululah SAW keluar ke tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha… (HR. Bukhori)
9. Bagaimana jika terjadi hujan  ?
Jika hujan sholat dilaksanakan di Masjid, hal ini sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah SAW :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِى يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَةَ الْعِيدِ فِى الْمَسْجِدِ.
Hadits Abu Hurairah yang mengatakan bahwa mereka pernah kehujanan pada suatu hari raya maka Rasulullah memimpin mereka shalat hari raya di masjid. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
10. Apakah disyariatkan Adzan dan Iqomah ?
Tidak, sebelum sholat ‘Id tidak disyariatkan adzan dan iqomah. Sebagaimana hadits dari Jabir :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِىِّ قَالاَ لَمْ يَكُنْ يُؤَذَّنُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَلاَ يَوْمَ الأَضْحَى
Hadits Ibnu Abbas dan Jabir yang mengatakan :”Pada Hari raya Fithri maupun Adha tidak pernah ada orang yang mengumandangkan adzan.”(HR. Bukhari, Muslim).
11. Apakah disyariatkan sholat sunnah sebelum dan sesudah shalat ‘Id ?
sholat sunnah baik sebelum maupun sesudah shalat ‘Id tidak disyariatkan. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – خَرَجَ يَوْمَ الْفِطْرِ ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا وَمَعَهُ بِلاَلٌ
Hadits Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW keluar pada hari raya Adha atau hari raya Fithri lalu beliau shalat hari raya dua rakaat tanpa melaksanakan shalat sebelum ataupun sesudahnya sedangkan Bilal bersamanya (HR. Bukhari, Muslim).
12. Apakah disyariatkan memasang sutrah sebelum dimulai sholat ?
Rasulullah memerintahkan untuk memasang sutrah sebelum dimulai shalat. Hal ini sebagaimana hadits dari Ibnu Umar.
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلمكَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ ، فَيُصَلِّى إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ ، وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السَّفَرِ
Hadits Nafi’ dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW apabila datang untuk shalat hari raya beliau menyuruh orang menancapkan tombak di depannya dan orang-orang ada dibelakangnya. Beliau melakukan hal itu ketika bepergian.(HR. Abu Dawud).
13. Berapa kali Rasulullah melaksanakan takbir zawaid ketika sholat ‘Id?
Rasulullah bertakbir Zawaid 12 kali selain takbirotiul ihrom dan takbir intiqol, sebagaimana hadits dari Amr bin Syu’aib :
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- كَبَّرَ فِى الْعِيدِ يَوْمَ الْفِطْرِ سَبْعًا فِى الأُولَى وَفِى الآخِرَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الصَّلاَةِ .
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah bertakbir pada shalat ‘Idul Fitri tujuh kali pada rokaat pertma dan lima kali pada rokaat kedua selain takbir shalat (takbirotul ihram dan intiqol). (HR. al-Baihaqi).
14. Bagaimana Rasulullah melaksanakan khutbah ‘Id ?
Rasulullah melaksanakan khutbah ‘Id satu kali sesudah sholat. Hadits dari Ibnu Abbas menjelaskan hal tersebut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ صَلَاةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ
Hadits dari Ibnu Abbas berkata : “Aku melaksanakan shalat Idul Fitri bersama Nabi Allah SWT, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah… (HR. Muslim).
15. Surat  apa saja yang dibaca ketika sholat ‘Id ?
Pada rokaat pertama dibaca surat Al-A’la, sedangkan pada rokaat kedua dibaca surat Al-Ghosyiyah. Hal ini sebagaimana hadits dari Nu’man bin Basyir.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.
Dari Nu’man bin Basyir ia berkata bahwa Rasulullah SAW selalu membaca sabbihisma rabbikal a’la dan hal ataaka hadiitsul ghoosyiyah pada shalat hari raya dan shalat jumat. Apabila berkumpul hari raya dan jumat pada suatu hari, Rasulullah SAW membaca surat-surat itu pada kedua shalat. (HR. Jamaah).
16. Bagaimana jika hari raya jatuh pada hari Jumat ?
Bila hari raya jatuh pada hari Jumat, kita dibolehkan tidak melaksanakan Sholat Jumat. Tetapi, para Ulama Majlis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah menghimbau shalat Jumat tetap dilaksanakan. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ
Dari Abu Hurairah bahwa  Rasulullah bersabda : ”Pada hari ini telah berkumpul dua hari Raya, barangsiapa yang berkehendak shalat Jumat, diperbolehkan. Sedangkan kami tetap melaksanakannya.” (HR. Abu Dawud).
17. Bolehkah wanita haid dan nifas hadir di tempat shalat ?
Wanita haid dan nifas dianjurkan mendatangi tempat sholat. Hadits dari Ummu ‘Athiyah :
عَنْ مُحَمَّدٍ قَالَ قَالَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الْحُيَّضَ وَالْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ . قَالَ ابْنُ عَوْنٍ أَوِ الْعَوَاتِقَ ذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ ، وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلاَّهُمْ
Hadits Ummi ‘Athiyah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kami agar  membawa keluar para wanita pada hari raya Fithri dan Adha yakni semua gadis dan yang sedang haid serta gadis-gadis pingitan. Berkata Ibnu ‘Aun adapun wanita-wanita yang sedang haid maka hendaknya mereka mengasingkan diri dari shalat agar mereka menyaksikan kebajikan  dan seruan orang Islam. (Riwayat Jama’ah lafadz Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar