ilmu itu penting untuk masa depan

Jumat, 22 Juni 2012

IDUL FITRI DAN IDUL ADHA



1.      Hari Raya Idul Fitri
Idul Fitri (Bahasa Arab: عيد الفطر ‘Īdu l-Fiṭr) adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda. Pada tanggal 1 Syawal, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan menyelenggarakan Salat Ied bersama-sama di masjid-masjid, di tanah lapang, atau bahkan jalan raya (terutama di kota besar) apabila area ibadahnya tidak cukup menampung jamaah. Dan sebelum salai ied di lakukan imam mengingatkan siapa yang belum membayar zakat fitrah, sebab kalau selesai salat ied baru membayar zakatnya hukum nya sedekah biasa bukan zakat.

2.      Hari Raya IdulAdha
Idul Adha (diRepublik Indonesia, Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيدالأضحى ) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, kemudian digantika noleh-Nya dengan domba. Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama – sama ditanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya. Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari – hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam. Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.





3.      Dasar pensyariatan hari raya
Dasarnya  adalah  hadits Nabi SAW, diantaranya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ ِلأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى.
Dari Anas bin Malik berkata bahwa orang-orang Jahiliyah mempunyai dua hari raya dalam setahun, mereka merayakannya dengan bersukaria. Ketika Rasulullah datang di Madinah beliau bersabda : “Kalian mempunyai dua hari raya yang kalian bersenang-senang di dalamnya, sungguh Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik yaitu Hari Raya Fitri dan Hari Raya Adha.(HR. Abu Dawud).

4.      Dasar pensyariatan shalat hari raya
Dasarnya hadits Ibnu Abbas  :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ صَلاَةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ
Hadits dari Ibnu Abbas berkata : “Aku melaksanakan shalat Idul Fitri bersama Nabi Allah SWT, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah… (HR. Muslim).

Hukum Seputar Hari Raya.
1)      Mandi sebelum Shalat Id, Dari Ali radhiallahu’anhu bahwa ia pernah ditanya perihal mandi, maka dia menjawab, “Yaitu pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari raya Fitri dan hari raya Idul Adha.” (HR Baihaqi).
Hadits lain Nabi SAW:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ اْلأَضْحَى
Dari Ibnu Abbas berkata bahwasanya Rasulullah SAW mandi pada hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.(HR. Ibnu Majah).


2)      Waktu makan dan minum pada shalat Id hari raya Idul Adha dan Idul Fitri.
“ Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tidak berangkat (ketanah lapang) pada hari Idul Fitri sebelum sarapan dan pada hari raya Idul Adha beliau tidak makan sampai pulang, kemudian beliau makan dari daging hewan – hewan kurbannya.” (HR Tirmidzi).
Hadits Nabi SAW:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ اْلأَضْحَى
Dari Ibnu Abbas berkata bahwasanya Rasulullah SAW mandi pada hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.(HR. Ibnu Majah)
hadits Nabi SAW:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ
Riwayat Bukhari dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah belum pergi pada hari raya Idul Fitri sehingga beliau makan beberapa kurma.(HR. Bukhori).

3)      Melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat Ied.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata, “Jika hari raya ‘Ied tiba, Nabi shalallahu’alaihi wasallam biasa mengambil jalan lain (ketika berangkat dan pulang).” (HR Bukhari).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا خَرَجَ إِلَى الْعِيدِ رَجَعَ فِى غَيْرِ الطَّرِيقِ الَّذِى أَخَذَ فِيهِ.
Hadits Abu Hurairah yang mengatakan : Apabila Rasulullah pergi shalat hari Raya beliau pulang tidak melalui jalan semula (HR. Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi). Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir.



4)      Bertakbir dan berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah dalam beberapa hari yang terbilang(Al-Baqarah: 203)
 (#rãä.øŒ$#ur ©!$# þÎû 5Q$­ƒr& ;NºyŠrß÷è¨B 4
Disyariatkan bertakbiran. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW.

عَنْ نَافِع عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، أَنَّهُ كَانَ إِذَا غَدَا إِلَى اْلمُصَلَّى يَوْمَ اْلعِيْدِ كَبَّرَ فَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya ia ketika pergi pada pagi hari ke tempat shalat  pada hari Ied ia bertakbir dan menyaringkan suaranya. (HR. Muslim).

Waktu takbir pada hari raya kurban dimulai sejak Subuh hari ‘Arafah hingga Ashar pada hari terakhir hari Tasyrik. Lafazh takbir yang berasal dari riwayat Ibnu Mas’ud bahwasanya dia bertakbir pada hari tasyrik dengan lafazh,
“Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar WaLillaahilhamd.”
Yang lain Lafadz takbiran sebagaimana hadits berikut :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ يُقْبِلُ عَلَى أَصْحَابِهِ فَيَقُولُ  عَلَى مَكَانِكُمْ . وَيَقُولُ  اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ . فَيُكَبِّرُ مِنْ غَدَاةِ عَرَفَةَ إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ. رواه الدارقطني
Dari Jabir bin Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah ketika melaksanakan shalat Shubuh pada pagi hari Arafah beliau menghadap ke arah para sahabatnya seraya berkata :”Tetaplah di tempat kalian.” Kemudian beliau mengucapkan : “Allahu akbar, Allahu Akbar Laa ilaaha illalloohu walloohu akbar Allohu akbar wa lillaahil hamd” Maka mereka bertakbir dari pagi hari Arofah sampai selesai shalat ‘Asar pada hari teakhir hari Tasyriq.
Yang lain :
اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ.
اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ـ  لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ  صَدَقَ وَعْـدَهُ  وَنَصَرَعَبِدَهُ  وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ  الْأَحْزَابَ  وَحْدَهُ   لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ .   اَللَّهُ اَكْبَرْ   اَللَّهُ اَكْبَرْ  وَلِلَهِ الْحَمْدُ

5)      Ucapan selamat pada hari raya Setelah sholat biasanya kita saling bersalaman dan mengucapkan selamat untuk teman yang lain. Senang dan legarasanya saat kita menyalami mereka, selain itu mempererat ukhuwah juga menghapus dosa atau kesalahan yang telah  kita lakukan pada teman kita itu.

Hikmah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
1)      Penyadaran hakikat diri sebagai hamba Allah dan tak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.(QS. Adz-Dzaariyat ayat 56).
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Itulah sesungguhnya makna sebenarnya atas tugas kita didunia ini. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan kita tidak lepas dari pengawasan Allah SWT. Jalan untuk meretas batin kita agar selalu merasa terikat dengan Allah SWT adalah dengan bertakwa kepada-Nya. Idul Fitri juga merupakan salah satu sarana takwa yang bias membawa kita kepada hakikat penghambaan. Idul Fitri seperti ‘alarm’ dalam rangka untuk mengingatkan jati diri kita. Selain itu Idul Fitri mengembalikan kesadaran pemahaman kita kepada berbagai cobaan yang terasa berat saat bulan Ramadhan yang lalu.

2)      Menjadikan Idul Fitri sarana untuk mengeratkan kembali hubungan kita dengan Allah SWT dan manusia Selama setahun mungkin kita telah melakukan begitu banyak kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Salah satu hikmah Idul Fitri ialah menghadirkan moment saling memaafkan kesalahan yang telah kita perbuat terutama kepada kedua orang tua kita selama ini yang telah membesarkan kita, kemudian kepada keluarga terdekat kita yang mungkin saja sering kita acuhkan dan juga kepada teman-teman yang bergaul dengan kita baik dilingkungan rumah, sekolah atau ditempat yang sangat jauh.

3)      Membawa kita untuk semakin dekat kepada Allah SWT Ingatkah kamu saat seorang hamba berbuat dosa maka ada empat bukti kecintaan Allah SWT pada kita :
1)      Rezeki kita tetap mengalir meski dosa kita bertumpuk.
2)      Nikmat sehat yang tetap dianugerahkan-Nya.
3)      Allah SWT tidak segera menyiksa hamba-Nya saat itu juga ; dan
4)      Allah SWT tidak membeberkan aib atau dosa kita.
Persamaan :
  1. Sama-sama disunnahkan memakai wangi-wangian (bagi pria) dan pakaian terbaik (bukan terbaru)
  2. Sama-sama disunnahkan berangkat dan pergi melewati jalan yang berbeda
  3. Sama-sama disunnahkan pergi sholat ke tanah lapang, bahkan mengajak anak gadis dan wanita haid sekalipun untuk mendengarkan khutbah, dengan menjauhi tempat sholat.
  4. Sama-sama dianjurkan untuk saling mengucapkan selamat “tahniah”, sebagaimana kebiasaan Sahabat di kedua hari raya tersebut dengan mengatakan : Taqobbalallahu minna wa minkum
Perbedaan:
  1. Takbir di Idul adha lebih lama waktunya, dari mulai shubuh hari Arofah hingga Akhir Hari Tasyriq menjelang Ashar, sementara idul fitri mulai malam ied hingga sebelum sholat ied.
  2. Waktu sholat Idul Adha dianjurkan lebih pagi agar segera bisa dilanjutkan dengan prosesi penyembelihan, sementara pada Idul Fitri dianjurkan tidak terlalu pagi untuk memberi kesempatan mereka yang akan membayar zakat fitrah.
  3. Pada Idul Adha termasuk sunnah untuk tidak makan kecuali setelah sholat ied, sedangkan pada Idul Fitri sebaliknya : dianjurkan untuk makan terlebih dahulu sebelum sholat Ied semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar